Masih dalam suasana memperingati Hari Pahlawan, pada hari Senin, 11 November 2024 tim media SMP Luqman Al Hakim berkesempatan untuk berbincang dengan Ustadz H. Samsuddin, M.M., Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Beliau berbicara mengenai nilai-nilai kepahlawanan dalam Islam dan peran pesantren dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa.
Menurut Ustadz Samsuddin, Hari Pahlawan adalah momentum untuk mengenang jasa-jasa para pejuang bangsa yang telah berkorban demi kemerdekaan Indonesia. “Momen ini bukan sekadar mengenang,” ujar beliau. “Lebih dari itu, ini adalah waktu untuk introspeksi diri—apakah kita sudah memberikan kontribusi yang berarti bagi bangsa dan agama, seperti yang para pahlawan lakukan dulu?”
Beliau menjelaskan bahwa dalam perspektif Islam, makna pahlawan merujuk pada seseorang yang mau memperjuangkan kebaikan (al-haq) demi memperoleh ridho Allah SWT. Ia rela berkorban hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Penjelasan ini selaras dengan definisi pahlawan yang diketahui secara umum. Dalam KBBI, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Peran Pesantren dalam Membentuk Karakter Kepahlawanan
Dalam pandangan beliau, pesantren memegang peranan besar dalam membentuk karakter generasi penerus yang memiliki semangat kepahlawanan. Selain sebagai lembaga keagamaan yang beperan dalam menyebarluaskan dan mengembangkan ilmu agama, pesantren juga berperan sebagai lembaga pengkaderan yang mencetak kader masa depan harapan ummat. “Pesantren adalah tempat terbaik untuk menempa jiwa dan karakter,” ungkap beliau. Melalui pendidikan berbasis akhlak dan keteladanan, para santri didorong untuk meneladani sifat-sifat pahlawan seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama. “Di sini, santri belajar tidak hanya untuk cerdas secara intelektual tetapi juga berani membela kebenaran,” lanjutnya.
Ustadz Samsuddin menggarisbawahi pentingnya penerapan semangat kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari para santri Sekolah Integral Luqman Al Hakim. “Semangat kepahlawanan harus diwujudkan dalam perilaku yang nyata,” kata beliau. “Bukan hanya di kelas, tetapi juga dalam kehidupan sosial di asrama, seperti peduli terhadap lingkungan, dan menjaga nama baik pesantren.” Dengan demikian, santri diharapkan dapat menjadi individu yang siap mengabdi dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Pahlawan Inspirasi Aktivis Pendidikan
Ketika ditanya tentang inspirasi semangat kepahlawanan bagi aktivis pendidikan, Ustadz Samsuddin menekankan bahwa para aktivis di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya sebaiknya meneladani nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. “Menjadi seorang pendidik atau aktivis di pesantren bukanlah tugas ringan,” ujarnya. “Ini adalah tugas mulia warisan Nabi. Dan tugas mulia ini menuntut keikhlasan dan semangat juang yang tinggi untuk mencetak generasi berkualitas.” Beliau berharap agar semangat kepahlawanan bisa menjadi landasan bagi setiap langkah para aktivis pendidikan di lingkungan PPH Surabaya. “Pahlawan tidak harus mengangkat senjata; guru dan aktivis pendidikan yang ikhlas mendidik generasi muda juga adalah pahlawan,” ujar beliau. Semangat ini adalah modal besar bagi aktivis pendidikan di PPH Surabaya. Dengan semangat tersebut, mereka didorong untuk terus mendampingi dan membimbing santri dengan sabar, tulus, dan penuh keikhlasan. Beliau menekankan bahwa setiap langkah kecil dalam mendidik adalah bagian dari perjuangan besar dalam membentuk generasi unggul dan berkarakter.
Pesan untuk Santri dan Aktivis Pendidikan
Sebagai penutup, Ust. Samsuddin berpesan agar seluruh santri dan aktivis memaknai Hari Pahlawan sebagai dorongan untuk meningkatkan keikhlasan dan dedikasi dalam berjuang. “Jadilah pahlawan di bidangmu masing-masing, apakah itu di dunia pendidikan, sosial, dakwah, atau dalam perjuangan memperbaiki diri sendiri. Pahlawan sejati adalah mereka yang tak lelah berbuat kebaikan, tidak menunggu pengakuan, namun ikhlas demi kemajuan umat dan bangsa.” pungkasnya.
(admin/aka)