Surabaya, 19 Oktober 2024 — SMP Luqman Al Hakim menyelenggarakan kegiatan “Parenting Wali Santri Kelas 7” pada Sabtu, 19 Oktober 2024. Acara yang bekerjasama dengan DPD Hidayatullah Surabaya ini dirangkai dengan penerimaan rapor tengah semester ganjil. Para wali santri yang hadir terlihat antusias untuk mengikuti rangkaian acara yang mengusung tema “Membangun Sinergi, Wujudkan Generasi Rabbani”.
Acara ini bukan sekadar penyampaian rapor semata, melainkan juga sebuah kesempatan bagi pihak sekolah dan wali santri untuk bersinergi dalam membangun pondasi yang kokoh bagi pendidikan dan pengembangan karakter anak-anak yang sedang memasuki fase usia remaja awal. Kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan visi dan memperkuat kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan anak-anak dalam mewujudkan generasi yang berakhlak mulia, atau dikenal dengan istilah generasi rabbani.
Pentingnya Komunikasi dan Sinergi
Kepala SMP Luqman Al Hakim, Trianto A. Muhajir, M.Pd., dalam sambutannya menekankan pentingnya membangun komunikasi yang positif antara pihak sekolah dan orang tua. “Kita perlu saling menjaga dan menguatkan tali silaturahmi, membangun komunikasi yang produktif dalam mendidik anak-anak kita,” ujarnya.
Menurut Muhajir, kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua sangat penting untuk menjalankan amanah pendidikan. Dengan sinergi ini, diharapkan dapat terbentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama. Ia juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para wali santri atas kerja sama yang sudah terjalin selama ini.
Muhajir juga mengajak seluruh orang tua untuk terus bersinergi dalam mendidik anak-anak, serta menyamakan visi melalui kegiatan parenting dan pembinaan wali santri yang secara rutin diselenggarakan oleh sekolah dan lembaga terkait.
Memahami Usia Baligh Anak
Salah satu sesi yang paling ditunggu dalam kegiatan ini adalah penyampaian materi parenting oleh Ust. Syaifuddin Nawawi, seorang dai dari Pos Da’i Hidayatullah. Dalam paparannya, beliau menekankan pentingnya pemahaman terhadap fase perkembangan anak usia sekolah menengah pertama, yakni 13-15 tahun, yang merupakan awal atau jelang memasuki usia baligh.
Menurut Ust. Syaifuddin, anak-anak pada rentang usia ini mulai mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental, sehingga sangat penting bagi orang tua untuk memahami kebutuhan mereka. “Di usia ini, anak-anak mulai mengalami fase awal menuju baligh, di mana mereka mulai mencari jati diri, memahami pelajaran hidup, dan belajar berinteraksi secara sosial. Ini adalah masa yang sangat krusial,” ujarnya.
Selain itu, Ust. Syaifuddin juga menekankan pentingnya orang tua untuk membiasakan meminta dan memberi maaf kepada anak-anak mereka. “Sebagai orang tua, kita harus sering meminta maaf kepada anak, bukan hanya sebagai bentuk penyesuaian dalam mendidik, tetapi juga sebagai contoh bagi mereka untuk mudah meminta dan memberi maaf,” jelasnya. Sikap ini diharapkan dapat membentuk karakter anak yang lebih terbuka dan mampu menghargai orang lain.
Dalam menyikapi fase kehidupan remaja, pembiasaan produktif juga sangat dibutuhkan. Anak-anak harus mulai diajarkan bagaimana memahami resiko dari setiap tindakan yang mereka ambil. “Orang tua harus membantu anak untuk lebih produktif dan sadar akan konsekuensi dari setiap perilaku mereka. Ini adalah bagian penting dalam pembentukan karakter mereka di masa depan,” tambahnya.
Manfaat Besar untuk Orang Tua
Salah satu wali santri, Imam Syafi’i, memberikan kesan positif mengenai kegiatan ini. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan parenting ini sangat bermanfaat bagi dirinya sebagai orang tua. “Kami jadi lebih paham bagaimana mendampingi anak di masa-masa krusialnya. Ternyata, mendidik anak usia remaja itu tidak hanya soal memberikan nasihat, tetapi juga bagaimana kita sebagai orang tua mampu memahami mereka secara emosional dan psikologis,” tuturnya. (akh)